Costa Concordia Karam, Masih Amankah Wisata Pesiar

Costa Concordia Karam, Masih Amankah Wisata Pesiar?

Selasa, 17 Januari 2012 - 14:21 wib
Mutya Hanifah - Okezone
 3  180
Costa Concordia yang karam (Foto: dailymail)
Costa Concordia yang karam (Foto: dailymail)
TRAGEDI Costa Concordia yang karam di lepas perairan Italia Jumat malam lalu membuka banyak pasang mata soal kapal pesiar. Kapal yang hanya dapat dinaiki kalangan atas ini mulai disorot tingkat keamanannya. Masihkah menjadi pilihan wisata yang menarik?

Asosiasi Pengiriman Penumpang atau Passenger Shipping Association (PSA) Inggris meyakinkan wisatawan bahwa pesiar merupakan salah satu bentuk wisata paling aman. "Pelayaran atau pesiar adalah salah satu bentuk wisata paling aman. Insiden seperti ini sebenarnya sangat langka terjadi, apalagi awak kapal sudah diberikan pelatihan ketat mengenai latihan dan skenario untuk situasi darurat termasuk evakuasi kapal,” tutur Penny Guy selaku juru bicara PSA, seperti dilansir Dailymail, Selasa (17/1/2012).

Ia menambahkan, kapal-kapal pesiar seperti Costa Concordia juga sudah sesuai dengan peraturan ketat dan prosedur dari otoritas maritim yang mengatur setiap aspek operasional kapal pesiar. Karenanya, ia tidak berani berspekulasi dengan penyebab kecelakaan yang akan menjadi pelajaran bagi industri pelayaran ini.

"Selama dua dekade terakhir, jalur pelayaran memertahankan catatan keselamatan terbaik di industri pariwisata saat mengangkut lebih dari 90 juta orang di seluruh dunia," sahut Bill Gibbons, Direktur PSA.

Terkait tragedi kapal tenggelam, kepala serikat kapal mengatakan bahwa perusahaan pelayaran besar seperti kapal pesiar Italia yang mengalami kecelakaan ini tidak stabil. Sekretaris Nasional Serikat Nautilus Allan Graveson mengklaim bahwa perusahaan kapal pesiar tersebut lebih mementingkan keuntungan daripada keamanan, contohnya memenuhi kapal dengan terlalu banyak dek.

"Perusahaan akan menambahkan sebanyak mungkin dek di atas kapal, karena itulah yang penumpang inginkan. Padahal, kapasitas kapal tidak memungkinkan," ujarnya.

Ia juga mengatakan bahwa kapal seperti Costa Concordia tidak mampu mengarungi laut dengan arus kencang seperti Laut Atlantik Utara. "Costa Concordia memiliki desain berbeda dengan Kapal Cunard, seperti kapal Queen Mary dan Queen Elizabeth yang memang dapat mengarungi seluruh lautan di dunia. Namun, Costa tidak bisa," tegasnya.

Hal ini dibantah Direktur Teknisi dan Operator Dewan Pelayaran Eropa, Robert Ashdown, yang mengatakan bahwa kapal-kapal ini lebih stabil juga bisa bertahan dalam cuaca apapun karena didesain dengan standar internasional yang ketat. Sementara kritikus pelayaran, Sue Bryant menyatakan bahwa kejadian kapal tenggelam sangat biasa.

"Apapun ukuran kapalnya, jika terdapat lubang di lambung kapal maka awak kapal harus dapat menutup kompartemen air untuk mencegah air lebih banyak masuk. Lambung kapal harus dapat distabilkan agar kapal dapat tetap tegak," tuturnya. "Mungkin awak kapal Concordia belum mampu membuat lambung kedap air akibat kegagalan mekanis karena adanya laporan mengenai pemadaman listrik setelah tabrakan," tambahnya.

Sejak tragedi Titanic pada 1912, Konvensi keselamatan Kehidupan di Laut atau Safety of Lives at Sea (SOLAS) telah meminimalisir terjadinya tragedi laut serupa. Mereka memerketat sistem keselamatan dan keamanan kapal, salah satunya lewat peraturan baru yang keluar Juli 2010. Peraturan menyebutkan, setiap kapal yang mengalami kerusakan harus dapat melanjutkan panggilan ke pelabuhan terdekat. Kapal harus mampu bertahan selama tiga jam, dan selama itu harus dilakukan evakuasi secara teratur.

Eksekutif Costa Cruise, Pier Luigi Foschi meminta maaf atas kecelakaan tersebut, terutama kepada keluarga korban. "Kami tidak dapat menyangkal bahwa ada kesalahan manusia dalam insiden ini," tutur Foschi.

Dugaan sementara, insiden terjadi karena kapten kapal lalai dan ingin memberi hormat kepada temannya yang berada di tepi pantai. Akibatnya, ia mengemudikan kapal terlalu dekat dengan pulau dan menabrak batu.
(ftr)

What's on Your Mind...