Mengganti Pakaian Mayat Adat Toraja

Ma'nene, upacara ganti pakaian mayat di Tanah Toraja

Ma'nene, upacara ganti pakaian mayat di Tanah Toraja
ritual manene. REUTERS/Yusuf Ahmad
11
Reporter: Putri Artika R


Salah satu keunikan budaya di tanah Toraja, Sulawesi Selatan yakni adanya upacara adat mengganti pakaian mayat para leluhurnya. Upacara ini dikenal dengan nama, Ma'nene.

Dibilang unik dan khas, mengingat ritual Ma'nene dilakukan khusus oleh masyarakat Baruppu, di pedalaman Toraja Utara. Ritual Ma'nene dilakukan setiap 3 tahun sekali dan biasanya dilakukan pada bulan Agustus.

Mengapa pada bulan tersebut? Karena upacara Ma'nene hanya boleh dilaksanakan setelah panen. Musim panen yakni jatuh pada bulan Agustus.

Masyarakat adat Toraja percaya jika ritual Ma'nene tidak dilakukan sebelum masa panen, maka akan sawah-sawah dan ladang mereka akan mengalami kerusakan dengan banyaknya tikus dan ulat yang datang tiba-tiba.

Sejarah ritual Ma'nene ini berawal dari seorang pemburu binatang bernama Pong Rumasek, yang datang ke hutan pegunungan Balla. Saat itu, Pong menemukan sebuah jasad manusia yang telah meninggal dunia dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. Oleh Pong, jasad itu dibawanya dan dikenakan pakaian yang layak untuk dikuburkan di tempat aman.

Semenjak dari itu, Pong berturut-turut mendapatkan berkah. Tanaman pertanian miliknya panen lebih cepat dari waktu biasanya. Saat dia berburu pun, Pong kerap kali mendapatkan perburuannya dengan mudah. Dan saat berburu di hutan, Pong sering bertemu dengan arwah yang dirawatnya yang kemudian arwah tersebut ikut membantu dalam perburuan Pong sebagai petunjuk jalannya.

Dengan adanya peristiwa tersebut, Pong beranggapan bahwa jasad orang yang telah meninggal sekalipun harus tetap harus dirawat dan dihormati, meskipun jasad tersebut sudah tidak berbentuk lagi.

Pong lalu mewariskan amanahnya kepada penduduk Baruppu. Dan oleh penduduk Baruppu, amanah Pong tetap terjaga dengan terus dilaksanakannya ritual Ma'nene tersebut.

Prosesi Ma'nene itu sendiri diawali dengan mengunjungi lokasi tempat dimakamkan para leluhur masyarakat setempat yakni di pekuburan Patane di Lembang Paton, Kecamatan Sariale, ibu kota Kabupaten Toraja Utara. Para mayat leluhur mereka disimpan di dalam peti yang telah diberi pengawet.

Sebelum dibuka dan di angkat dari peti, para tetua yang biasa dikenal dengan nama Ne' Tomina Lumba, membacakan doa dalam bahasa Toraja Kuno. Setelah itu, mayat tersebut diangkat dan mulai dibersihkan dari atas kepala hingga ujung kaki dengan menggunakan kuas atau kain bersih. Setelah itu, barulah mayat tersebut dipakaikan baju yang baru dan kemudian kembali dibaringkan di dalam peti tadi.

Selama prosesi tersebut, sebagian kaum lelaki membentuk lingkaran menyanyikan lagu dan tarian yang melambangkan kesedihan. Lagu dan gerak tarian tersebut guna untuk menyemangati para keluarga yang ditinggalkan.

*dari berbagai sumber
READ MORE

Upacara Adat Toraja,,,M'Nene

Default Ma' Nene' Ritual Unik Dari Toraja - Budaya Indonesia



RITUAL adat khas Toraja yang paling terkenal adalah Rambu Sulo. Rambu Solo’ menjadi salah satu daya tarik wisatawan ke daerah itu. Selain Rambu Sulo’ ini, sebenarnya ada satu ritual adat yang langka di Toraja, yakni Ma’ Nene’. Upacara Ma’ Nene’ adalah salah satu kegiatan ritual adat di Toraja, khususnya di Baruppu, Rinding Allo Toraja Utara. Upacara Ma’ Nenek dimaksudkan untuk mengganti pakaian Almarhum, sebagai perwujudan dari rasa cinta keluarga yang masih hidup.

Biasanya, Ma’ Nene’ digelar tiap bulan Agustus. Saat Ma’ Nene’ berlangsung, peti-peti mati para leluhur, tokoh dan orang tua, dikeluarkan dari makam-makam dan liang batu dan diletakkan di arena upacara. Di sana, sanak keluarga dan para kerabat sudah berkumpul. Secara perlahan, mereka mengeluarkan jenazah (baik yang masih utuh maupun yang tinggal tulang-belulang) dan mengganti busana yang melekat di tubuh jenazah dengan yang baru.Mereka memperlakukan sang mayat seolah-olah masih hidup dan tetap menjadi bagian keluarga besar.
Ritual Ma’ Nene’ oleh masyarakat Baruppu dianggap sebagai wujud kecintaan mereka pada para leluhur, tokoh dan kerabat yang sudah meninggal dunia. Mereka tetap berharap, arwah leluhur menjaga mereka dari gangguan jahat, hama tanaman, juga kesialan hidup.

Dari mana asal muasal ritual Ma’ Nene’ di Baruppu? Kisah turun-temurun menyebutkan, pada zaman dahulu terdapatlah seorang pemburu binatang bernama Pong Rumasek. Saat sedang berburu di kawasan hutan pegunungan Balla, bukannya menemukan binatang hutan, ia malah menemukan jasad seseorang yang telah lama meninggal dunia. Mayat itu tergeletak di bawah pepohonan, telantar, tinggal tulang-belulang. Merasa kasihan, Pong Rumasek kemudian merawat mayat itu semampunya. Dibungkusnya tulang-belulang itu dengan baju yang dipakainya, lalu diletakkan di areal yang lapang dan layak. Setelah itu, Pong Rumasek melanjutkan perburuannya. Tak dinyana, semenjak kejadian itu, setiap kali Pong Rumasek berburu, ia selalu beroleh hasil yang besar. Binatang hutan seakan digiring ke dirinya. Bukan hanya itu, sesampainya di rumah, Pong Rumasek mendapati tanaman padi di sawahnya pun sudah menguning, bernas dan siap panen sebelum waktunya. Pong Rumasek menganggap, segenap peruntungan itu diperolehnya berkat welas asih yang ditunjukkannya ketika merawat mayat tak bernama yang ditemukannya saat berburu. Sejak itulah, Pong Rumasek dan masyarakat Baruppu memuliakan mayat para leluhur, tokoh dan kerabat dengan upacara Ma’ Nene’.

Dalam ritual Ma’ Nene’ juga ada aturan tak tertulis yang mengikat warga. Misalnya, jika seorang istri atau suami meninggal dunia, maka pasangan yang ditinggal mati tak boleh kawin lagi sebelum mengadakan Ma’ Nene’ untuknya. Ketika Ma’ Nene’ digelar, para perantau asal Baruppu yang bertebaran ke seantero negeri akan pulang kampung demi menghormati leluhurnya. Warga Baruppu percaya, jika Ma’ Nene’ tidak digelar maka leluhur juga akan luput menjaga mereka. Musibah akan melanda, penyakit akan menimpa warga, sawah dan kebun tak akan menghasilkan padi yang bernas dan tanaman yang subur.
READ MORE

Costa Concordia Karam, Masih Amankah Wisata Pesiar

Costa Concordia Karam, Masih Amankah Wisata Pesiar?

Selasa, 17 Januari 2012 - 14:21 wib
Mutya Hanifah - Okezone
 3  180
Costa Concordia yang karam (Foto: dailymail)
Costa Concordia yang karam (Foto: dailymail)
TRAGEDI Costa Concordia yang karam di lepas perairan Italia Jumat malam lalu membuka banyak pasang mata soal kapal pesiar. Kapal yang hanya dapat dinaiki kalangan atas ini mulai disorot tingkat keamanannya. Masihkah menjadi pilihan wisata yang menarik?

Asosiasi Pengiriman Penumpang atau Passenger Shipping Association (PSA) Inggris meyakinkan wisatawan bahwa pesiar merupakan salah satu bentuk wisata paling aman. "Pelayaran atau pesiar adalah salah satu bentuk wisata paling aman. Insiden seperti ini sebenarnya sangat langka terjadi, apalagi awak kapal sudah diberikan pelatihan ketat mengenai latihan dan skenario untuk situasi darurat termasuk evakuasi kapal,” tutur Penny Guy selaku juru bicara PSA, seperti dilansir Dailymail, Selasa (17/1/2012).

Ia menambahkan, kapal-kapal pesiar seperti Costa Concordia juga sudah sesuai dengan peraturan ketat dan prosedur dari otoritas maritim yang mengatur setiap aspek operasional kapal pesiar. Karenanya, ia tidak berani berspekulasi dengan penyebab kecelakaan yang akan menjadi pelajaran bagi industri pelayaran ini.

"Selama dua dekade terakhir, jalur pelayaran memertahankan catatan keselamatan terbaik di industri pariwisata saat mengangkut lebih dari 90 juta orang di seluruh dunia," sahut Bill Gibbons, Direktur PSA.

Terkait tragedi kapal tenggelam, kepala serikat kapal mengatakan bahwa perusahaan pelayaran besar seperti kapal pesiar Italia yang mengalami kecelakaan ini tidak stabil. Sekretaris Nasional Serikat Nautilus Allan Graveson mengklaim bahwa perusahaan kapal pesiar tersebut lebih mementingkan keuntungan daripada keamanan, contohnya memenuhi kapal dengan terlalu banyak dek.

"Perusahaan akan menambahkan sebanyak mungkin dek di atas kapal, karena itulah yang penumpang inginkan. Padahal, kapasitas kapal tidak memungkinkan," ujarnya.

Ia juga mengatakan bahwa kapal seperti Costa Concordia tidak mampu mengarungi laut dengan arus kencang seperti Laut Atlantik Utara. "Costa Concordia memiliki desain berbeda dengan Kapal Cunard, seperti kapal Queen Mary dan Queen Elizabeth yang memang dapat mengarungi seluruh lautan di dunia. Namun, Costa tidak bisa," tegasnya.

Hal ini dibantah Direktur Teknisi dan Operator Dewan Pelayaran Eropa, Robert Ashdown, yang mengatakan bahwa kapal-kapal ini lebih stabil juga bisa bertahan dalam cuaca apapun karena didesain dengan standar internasional yang ketat. Sementara kritikus pelayaran, Sue Bryant menyatakan bahwa kejadian kapal tenggelam sangat biasa.

"Apapun ukuran kapalnya, jika terdapat lubang di lambung kapal maka awak kapal harus dapat menutup kompartemen air untuk mencegah air lebih banyak masuk. Lambung kapal harus dapat distabilkan agar kapal dapat tetap tegak," tuturnya. "Mungkin awak kapal Concordia belum mampu membuat lambung kedap air akibat kegagalan mekanis karena adanya laporan mengenai pemadaman listrik setelah tabrakan," tambahnya.

Sejak tragedi Titanic pada 1912, Konvensi keselamatan Kehidupan di Laut atau Safety of Lives at Sea (SOLAS) telah meminimalisir terjadinya tragedi laut serupa. Mereka memerketat sistem keselamatan dan keamanan kapal, salah satunya lewat peraturan baru yang keluar Juli 2010. Peraturan menyebutkan, setiap kapal yang mengalami kerusakan harus dapat melanjutkan panggilan ke pelabuhan terdekat. Kapal harus mampu bertahan selama tiga jam, dan selama itu harus dilakukan evakuasi secara teratur.

Eksekutif Costa Cruise, Pier Luigi Foschi meminta maaf atas kecelakaan tersebut, terutama kepada keluarga korban. "Kami tidak dapat menyangkal bahwa ada kesalahan manusia dalam insiden ini," tutur Foschi.

Dugaan sementara, insiden terjadi karena kapten kapal lalai dan ingin memberi hormat kepada temannya yang berada di tepi pantai. Akibatnya, ia mengemudikan kapal terlalu dekat dengan pulau dan menabrak batu.
(ftr)
READ MORE

Inilah Daftar Nama WNI Crew Kapal Pesiar Costa Concordia

TRAGEDI COSTA CONCORDIA
Inilah Daftar Nama WNI Crew Kapal Pesiar Costa Concordia
Senin, 16 Januari 2012 , 08:21:00 WIB

Laporan: A. Supardi Adiwidjaya

COSTA CONCORDIA/IST

  
RMOL. Dalam kapal pesiar supermewah Costa Concordia yang tenggelam di perairan dekat Pulau Giglio, Italia, pada Sabtu lalu (14/1), ada 170 anak buah kapal (ABK) asal Indonesia. Ke-170 ABK tersebut dipastikan selamat.

Direktur Informasi dan Media Kementerian Luar Negeri, PLE Priatna, kepada Rakyat Merdeka Online (Senin, 16/1), menginformasikan bahwa KBRI Roma-Italia telah membuka hotline khusus bagi warga Indonesia yang ingin mengetahui kondisi kerabat/sanak-saudara mereka, dengan menghubungi Kedutaan Besar Indonesia di Roma, Italia.

"Mereka bisa menghubungi Posko KBRI Roma di nomor +39-06-420099101," jelas PLE Priatna.


Inilah daftar nama WNI Crew Kapal Pesiar Costa Concorda:

Abdul Abdul Karim, dengan kode 511157  

Abdurachman XXX, dengan kode 20239

Achamd Fausih, dengan kode 527158  

Adiasa I Nengah, dengan kode 519435  

Ahdiyat Teten, dengan kode 512632  

Alit Setia Arjana Kadek, dengan kode 539174

Amir Mohammad, dengan kode  512362

Amrizal Dedi, dengan kode 519410

Anggraini Ayu Citra, dengan kode 515712

Anthoni Rusi, dengan kode 513434

Apriyadi Bagus, dengan kode 535890

Ardiabnsyah Vicki, dengan kode 509193

Aari Wijana Putu, dengan kode 535709

Ariana I Nengah, dengan kode 517543

Ariani Ni Wayan, dengan kode 508824

Arianto Sunarso, dengan kode 20247

Ariawan I Made Tirtayasa, dengan kode 522608

Arifin Samsul, dengan kode 506165

Arimbawa I Made Soni, dengan kode 511137

Arsana I Gede Wisnu, dengan kode 511622

Adghaf Jafar, dengan kode 538197

Aslami Sofwan, dengan kode 535802

Asnar Novan Maeputera, dengan kode 508742

Astawa I Nyoman Astra, dengan kode 521107

Astawa I Wayan, dengan kode 537068

Atmajaya XXX, dengan kode 500208

Bagu Arif,  dengan kode 27340

Basri Muhammad, dengan kode 500704

Basuki Sriyanto, dengan kode 537207

Benyamin Ivan, dengan kode 536154

Cahyadi Agung, dengan kode 515906

Cchita Pande I Putu Darsa, dengan kode 519514

Cita Dewi I Gusti Ayu Putu, dengan kode 540508

Dadalm Samparnagn Putu Suniarta, dengan kode 534396

Darmadi Darmadi, dengan kode 540507

Darmawan Didik Adhi, dengan kode 538855

Diverian Immanuel, dengan kode 536478

Edison Manumpak Aritonang, dengan kode 519106

Edwin Joe, dengan kode 534510

Edythia Rudy Dwi, dengan kode 535824

Efendi Rasyid Abdul, dengan kode 500205

Eka Pramana Gaus, dengan kode 516695

Erik Darewin Togi, dengan kode 521906

Faruk Umar, dengan kode 537084

Fatoni Achamd, dengan kode 537136

Fauzi Iwan, dengan kode 512342

Fnu Isamail, dengan kode 538199

Gede Budiarta Dewa Putu, dengan kode 26949

Halili XXX, dengan kode 500743

Hariyadi, dengan kode 535839

Hartono Hasan Tri, dengan kode 514412

Haryadi Agus, dengan kode 535826

Haryono Teguh, dengan kode 26945

Habullah XXX, dengan kode 25018

Hasdi Hasyim, dengan kode 513261

Hendrawan I Putu Agus Dedi, dengan kode 535756

Heriana Heri, dengan kode 534599

Heriyatna Yayat, dengan kode 19692

Herman XXX, dengan kode 25904

Hermawan Dicky, dengan kode 514242

Herry XXX, dengan kode 516384

Husen Hardian, dengan kode 512627

Imron Muhammad, dengan kode 504165

Irawan Hartono Alfa Yosi, dengan kode 537230

Iwandi XXX, dengan kode 522591

Jacob Rusli Bin, dengan kode 500767

Jagrayuta I Made, dengan kode 534512

Juniarta I Nyoman, dengan kode 510579

Kaharudin Prihadi, dengan kode 535686

Kamaludin XXX, dengan kode 12920

Kardita I Ketut, dengan kode 518354

Karsanto Edy, dengan kode 538878

Kharisma Citra, dengan kode 538980

Kiswanto Heri, dengan kode 515910

Koraaa Agustinus Raynol, dengan kode 20333

Krisnawan Indra, dengan kode 507560

Kumariyoga Ida Bagus, dengan kode 519510

Kurniawan Ahmad Deni, dengan kode 535800

Kurniawan I Putu Agus, dengan kode 515911

Kuswintoro Nicko Stephano, dengan kode 535513

Lela Budayana I Wayan, dengan kode 539855

Lelana Freddy Jaka, dengan kode 518479

Madeli Isamel, dengan kode 540166

Maksum Mohammad, dengan kode 500047

Maskur Fnu, dengan kode 20966

Massus I XXX, dengan kode 506187

Mesib I Made, dengan kode 517550

Mok Arianto, dengan kode 531876

Muhaimin, dengan kode 501465

Muharram Muchamd Agung, dengan kode 519503

Mukti Arief Bari, dengan kode 19642

Murdanta I Wayan Agus, dengan kode 539845

Mustain Mohammad, dengan kode 538802

Mustofa Arif, dengan kode 540595

Nadi I Yawan Seri, dengan kode     536086

Negara I Made Maharta, dengan kode 522160

Ngosiem Junagrexi, dengan kode 522222

Norman Jessie, dengan kode 515119

Novianto XXX, dengan kode 537164

Nurhasanah Wiwin, dengan kode 517585

Oki Supiyadi, dengan kode 537154

Parta Dewa Komang rai, dengan kode 522989

Permasa Yoga Budim, dengan kode 540290

Pramana Bayu, dengan kode 518430

Purba Octo Phinosey, dengan kode 538867

Purnadi I Putu Teja Wijaya, dengan kode 537086

Purwanto Heru, dengan kode 538975

Putra Edy Agus, dengan kode 534153

Putra I Gusti Ngurah Ristana, dengan kode 522361

Putra I Wayan Eka Buwana, dengan kode 518481

Putu Suartanan I Gusti, dengan kode 23395

Rahayu Jenni, dengan kode 505860

Rahmat XXX, dengan kode 502623

Rai Arta I Ketut, dengan kode 539169

Rai Ngakan Nyoman, dengan kode 539204

Rismanto XXX, dengan kode 519970

Ronggo Tatang Suromenggolo, dengan kode 534702

Samodra Fajar, dengan kode 24689

Sapeih Mohammad, dengan kode 538856

Saputra I Putu Agus, dengan kode 519159

Saputra Komang, dengan kode 511625

Sasmita Nyoman Goswami, dengan kode 511639

Septiana Putu Herman, dengan kode 529778

Setiawan Dedy, dengan kode 535821

Setiawan I Made Topan, dengan kode 511628

Setiawan Intan Edwar, dengan kode 535547

Sholeh Badrus, dengan kode 540019

Sibuea Adhika Anugrahady, dengan kode 511952

Siman XXX, dengan kode 519527

Sirkananta I Made, dengan kode 515691

Stefanus Stenly, dengan kode 518334

Santara I Wayan, dengan kode 537096

Suardika I Kadek, dengan kode 505070

Suarmaja I Putu Gede, dengan kode 505258

Suarta I Made, dengan kode 537046

Suaryana I Made Oka, dengan kode 522599

Suastika Nengah, dengan kode 517609

Subhan Halili Bin dengan kode 26415

Sudirman Ibrahim, dengan kode 23562

Sugianto XXX, dengan kode 526482

Suhendar Alwan, dengan kode 538833

Sukarta I Wayan, dengan kode 535831

Sulaksono Dimas Ichwan, dengan kode 538851

Sumardi XXX, dengan kode 506030

Supadma I Gede Edi, dengan kode 535834

Supriso XXX, dengan kode 518332

Suryadinatha Putu Haryana, dengan kode 535930

Sutrisno XXX, dengan kode 526531

Suwartana I Wayan Gede, dengan kode 19481

Suweta I Nyoman, dengan kode 539909

Swantara I Putu Gede Putra, dengan kode 522359

Syahputro Rio, dengan kode 516708

Tangkalisan Billy, dengan kode 500206

Tirtana I Putu, dengan kode 536432

Usman Oji, dengan kode 23961

Utomo Edky Agus, dengan kode 513565

Wahyu XXX, dengan kode 500708

Wardana I Gusti Bagus Kusuma, dengan kode 540537

Wastika I Made, dengan kode 519521

Wibowo Hanung Prasetyo, dengan kode 538136

Wibowo Teguh Ari, dengan kode 540297

Widiana I Putu, dengan kode 507046

Wijaya I Kadek Agus, dengan kode 535716

Yamin Muhammadi, dengan kode 535811

Yana I Wayan Elly, dengan kode 511629

Yasa I Gede Rudi Artana, dengan kode 518486

Yudi Artha I Putu, dengan kode 539191

Yudiartana Pande Putu, dengan kode 539166

Yuli Astuti Putri, dengan kode 535883

Yunisar Yuwandeika, dengan kode 537119

Baca juga:

170 ABK Asal Indonesia Dipastikan Selamat
Polisi akan Periksa YS, HS dan MSF
RINGSEK DI DEPAN DPR
Tim Investigasi Masih Sibuk Wawancara Kontraktor Pemeliharaan
Tim SAR Gabungan Temukan 90 Korban Tewas
READ MORE